STUDY
KASUS ( CASE STUDY )
BIMBINGAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
DI
SLB-B NEGERI SINGARAJA
Identitas
Siswa Sasaran :
a. Nama : I Komang Mas Arjani
b. Tempat
/ Tanggal Lahir : 5 Oktober 1998
c. Alamat : Desa Ularan
Seririt (berdomisili dipanti asuhan)
d. Umur
: 13
Tahun
e. Kelas : V SDLB-B
f. Sekolah : SDLB-B Negeri
Singaraja, Jalan Veteran No. 11 Singaraja
g. Hobby : Menari
h. Jenis
Kebutuhan Khusus : Tunarungu (Tuli
dan Bisu)
i.
Nama orang tua :
Ayah : Komang Praman
Ibu :
Komang Ayuni
j.
Pekerjaan Orang Tua :
Ayah : Pekerja Bangunan
Ibu :
Ibu Rumah Tangga
k. Saudara
:
Kakak : 2
Adik : 1
Jenis
kebuthan Khusus yang Dimiliki
Mas
Arjani adalah seorang siswi kelas V SDLB-B Singaraja. Ia adalah putri ketiga
dari pasangan Komang Praman dan Komang Ayuni yang beralamat di Desa Ularan –
Seririt. Mas Arjani adalah siswi yang sangat periang namun sejak lahir ia memiliki
kecacatan yang sering kita kenal dengan istilah tuli dan bisu. Bagi keluarga
Mas Arjani tentunya hal seperti merupakan hal yang sangat menyedihkan dimana
anak perumpuan ini akan tumbuh dengan kekurang yang dimiliki dan membedakannya
dengan orang-orang di sekitarnya. Namun walaupun memilki kekurangan orang tua
dari Mas Arjani sendiri sangat tegar dan bersedia menerimanya serta
menyayanginya. Keluarga Mas Arjani ingin memberikan segala yang terbaik
untuknya termasuk juga memberikan pendidikan formal yang sesuai dengan
kekhususannya.
Untuk
memberikan penddidikan formal bagi Mas
Arjani, keluarga berusaha menyekolahkannya di SDLB-B Negeri Singaraja. Di
Sekolah Dasar Luar Biasa ini Mas Arjani menerima pendidikan khususnya pada usia
8 tahun. Menurut guru yang pernah menanganinya pada awal pendidikannya Mas
Arjani dikenal sebagai sosok yang pemalu namun seiring berjalannya waktu Mas
Arjani Bisa beradaptasi dengan lingkungan pendidikan yang ia tempuh saat ini.
Menurut penuturan guru sekaligus
pembimbingnya Mas Arjani merupakan siswi yang mengalami tuli dan bisu sejak
lahir atau dapat kita sebut dengan anak dengan kebutuhan khusus Tunarungu. Anak-anak berkebutuhan khusus adalah
anak-anak yang mempunyai keunikan tersendiri dalam jenis dan kararteristiknya,
yang membedakan mereka dari anak anak normal pada umumnya. Kebutuhan khusus
sangatlah banyak jenisnya dan salah satunya adalah Tunarungu yang dialami oleh
mas Arjani ini. Tunarungu adalah sebuah istilah yang merujuk pada kondisi
ketidak fungsian organ pendengaran atau telinga seseorang. Anak-nak dalam
kondisi ini mengalami hambatan atau keterbatasan dalam merespon bunyi-bunyi
yang ada disekitarnya. Tunarungu terdiri atas beberapa tingkatan kemampuan
mendengar, yang umum dan khusus. Ada beberapa klasifikasi anak tunarungu,
yaitu:
1.
Klasifikasi
umum
a) Tuli (The deaf), yaitu penyandang tunarungu berat
dan sangat berat dengan tingkat ketulian di atas 90 dB.
b) Kurang dengar (Hard of Hearing), yaitu penyandang
tunarungu ringan atau sedang, dengan derajat ketulian 20-90 dB.
2.
Klasifikasi
Khusus
a) Tunarungu ringan,
yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat ketulian 25-45 dB. Yaitu anak
yang mengalami ketunarunguan taraf ringan, dimana anak dalam tahap ini
mengalami kesulitan untuk merespon suara-suara yang datangnya agak jauh. Pada
kondisi yang demikian, seorang anak secara pedagogis sudah memerlukan perhatian
khusus dalam belajarnya di sekolah, misalnya dengan menempatkan tempat duduk
dibagian depan, dekat dengan guru.
b) Tunarungu sedang,
yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat ketulian 46-70 dB. Yaitu anak
yang mengalami ketunarunguan taraf sedang, dimana anak dalam tahap ini hanya
dapat mengerti percakapan pada jarak 3-5 feet
secara berhadapan, tetapi tidak dapat mengikuti diskusi-diskusi di kelas. Untuk
anak yang mengalami ketunarunguan taraf ini memerlukan adanya alat bantu dengar
(hearing aid, dan memerlukan
pembinaan komunikasi, persepsi bunyi dan irama.
c) Tunarungu berat,
yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat ketulian 71-90 dB. Dimana
anak dalam tahap ini mengalami ketunarunguan taraf berat, hanya dapat merespon
bunyi-bunyi dalam jarak yang sangat dekat dan diperkeras. Siswa dengan katagori
ini juga memerlukan alat bantu dengar dalam mengikuti pendidikannya di sekolah.
Siswa juga sangat memerlukan adanya pembinaan atau latihan-latihan komunikasi
dan pengembangan bicaranya.
d) Tunarungu sangat berat (profound), yaitu penyandang
tunarungu yang mengalami tingkat ketulian 90 dB keatas. Pada taraf ini, mungkin
seseorang sudah tidak dapat merespon suara sama sekali, tetapi mungkin masih
bisa merespon melalui getaran-getaran suara yang ada. Untuk kegiatan pendidikan
dan aktivitas lainnya, penyandang tunarungu katagori ini lebih mengandalkan
kemampual visual atau penglihatannya.
Anak-anak
yang berada dalam kondisi ini memiliki karakteristik yang khas, berbeda dari
anak-anak normal pada umumnya. Beberapa karakteristik anak tunarungu,
diantaranya adalah:
1.
Segi
Fisik
a) Cara
belajarnya kaku dan agak membungkuk. Akibat terjadinya permasalahan pada organ
keseimbangan pada telinga, menyebabkan anak-anak tunarungu mengalami kekurang
seimbangan dalam aktivitas fisiknya.
b) Pernapasannya
pendek dan tidak teratur. Anak-anak tunarungu tidak pernah mendengarkan
suara-suara dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana bersuara atau mengucapkan
kata-kata dengan intonasi yang baik, sehingga mereka juga tidak terbiasa
mengatur pernapasannya dengan baik, khususnya dalam berbicara.
c) Cara
melihatnya agak beringas. Penglihatan merupakan salah satu indera yang paling
dominan bagi anak-anak penyandang tunarungu, dimana sebagian besar
pengalamannya di peroleh melalui penglihatan. Oleh karena itu, anak-anak
tunarungu juga dikenal dengan anak visual, sehingga cara melihatpun selalu
menunjukkan keingintahuan yang besar dan terlihat beringas.
2.
Segi
Bahasa
a) Miskin
akan kosa kata.
b) Sulit
mengartikan kata-kata yang mengandung ungkapan atau idiomatic.
c) Tata
bahasanya kurang teratur.
3.
Intelektual
a) Kemampuan
intelektualnya normal. Pada dasarnya anak-anak tunarungu tidak mengalami
permasalahan dalam segi intelektual namun akibat keterbatasan dalam
berkomunikasi dan berbahasa, perkembangan intelektual menjadi lambat.
b) Perkembangan
akademiknya lamban akibat keterbatasan bahasa. Seiring terjadinya kelambanan
dalam perkembangan intelektualnya akibat adanya hambatan dalam berkomunikasi,
maka dalam segi akademiknya juga mengalami keterlambatan.
4.
Sosial-emosional
a) Sering
merasa curiga dan berprasangka buruk. Sikap seperti ini terjadi akibat adanya
kelainan fungsi pendengarannya. Anak-nak ini tidak dapat memahami apa yang
dibicarakan orang lain, sehingga anak-anak tunarungu menjadi mudah merasa
curiga.
b) Sering
bersikap agresif (Suparno, 2007).
Permasalahan
yang Dialami
a.
Masalah
Pribadi
Masalah pribadi
tentunya dialami oleh setiap orang dan termasuk juga Mas Arjani ia terkadang
pernah bermasalah dalam pribadi yang sering membuat guru atau orang
disekitarnya bingung. Menurut penuturan gurunya sendiri Mas Arjani terkadang
sering minder terhadap kekhususan yang dimilikinya namun semua itu telah
dimaklumi karena memang itulah permasalah yang sering dialami oleh anak
berkebutuhan khusus dan Mas Arjani pun setelah ditanya membenarkan apa yang
telah dikatakan oleh gurunya.
b.
Masalah
Sosial
Dalam
penuturannya ia juga mengalami masalah sosial berupa tidak mempunyai banyak
teman. Permasalahan ini timbul bukan karena orang-orang di sekitarnya menjauhinya
namun karena ia susah berkomunikasi dengan teman sebayanya khususnya dirumah
dan ini yang terkadang membuat dirinya merasa sedih dan kesepian tapi berbeda
jika ia berada di sekolah karena sekolahnya memang khusus untuk anak yang
berkebutuhan khusus seperti dia, ia bisa berkomunikasi lebih mudah dengan teman
sebayanya di sekolah.
c.
Masalah
Belajar
Dalam
permasalahan belajar tidak jauh beda dengan masalah yang dihadapi oleh teman-teman
sekelasnya dimana ia juga mengalami kesulitan belajar dalam penerimaan materi
pelajaran. Selain masalah komunikasi permasalahan yang sering ditemukan
adalahnya susahnya anak-anak berkebutuhan khusus ini untuk berkonsentrasi
terhadap pelajaran.
d.
Masalah
Karier
Ketika
ditanya masalah cita - cita entah dia becanda atau tidak ia menjawab dengan
polos bahwa ia ingin menjadi Tukang Sapu. Penulispun menggali lebih dalam
mengenai keinginannya ini ia beralasan itu dapat menjadi pekerjaannya kelak
karena tidak mebutuhkan komunikasi dalam melakukannya. Tentunya permasalahan
yang dihadapi oleh adalah mencari pekerjaan yang cocok yang sesuai dengan
keterampilan serta kekhususannya.
Bantuan
yang Telah Diberikan/Didapatkan Siswa Terkait Masalah yang Dihadapi
a.
Dari
Guru
Bantuan
yang diberikan oleh guru kepda Mas Arjani adalah berupa bimbingan belajar dan
bimbingan karier yan telah di sesuiakan dengan kekhususan yang dimilikinya. Dan
gurupun memberikan pengetahuan yang meluas mengenai hidup serta membentuk
karakter setiap siswa menjadi karakter yang baik. Guru juga sangat intensif
memberikan pengajaran dimana ia bisa fokus pada setiap muridnya, ini
dikarenakan dalam pengajaran di kelas Mas Arjani hanya terdapat 8 Orang siswa.
Jadi guru kelasnya dapat memberikan perhatian yang mengkhusus untuk setiap
siswa yang berda di kelas tersebut dan begitu pula dengan guru-guru lain di
sekolah tersebut pasti akan memberikan perhatian ekstra pada muridnya berkaitan
dengan kekhususan yang dialami mereka.
b.
Dari
Orang Tua
Bantuan
yang diberikan oleh Mas Arjani sendiri tidaklah banyak. Namun keluarnya tetap
menyesuaikan diri agar Mas Arjani tetap mendapatkan dan maerasakan kasih sayang
orang tua. Satu hal yang keluarga bisa lalukan adalah dengan menjemputnya
setiap sebulan sekali untuk pulang ke rumah keluarganya di desa ularan. Hal ini
dilakukan bukan semata untuk mengatasi kerinduan akan Mas Arjani melainkan
dapat memberikan pengertian bahwa keluarganya masih akan tetap menerimanya dan
memberikan dukungan penuh untuk usaha menempuh pendidikan.
c.
Dari
Dokter
Pemeriksaan
akan anak berkebutuhan khusus biasanya dilakukan dokter setiap 6 bulan sekali
dimana dalam pemeriksaan tersebut bukan hanya kondisi fisiknya saja yang di
perhatikan namun juga mental dan psikisnya serta hal yang lebih menkhusus lagi
yaitu kemampuan dengar setiap siswa. Dokter sangat berperan dalam menentukan
klasifikasi dari anak anak tunarungu karena untuk setiap jenjang tentunya akan
diberikan perawatan yang berbeda. Mas Arjani diklasifikasikan sebagai anak
dengan Tunarungu berat dengan hasil pengukuran melebihi 90 dB. Namun dokter
yang memeriksanya memberikan komentar bahwa apa yang dialaminya dapat diatasi
dengan alat bantu dengar.
d.
Dari
Panti Asuhan
Bagi
saya apa yang telah dilakukan oleh panti asuhan merupakan sebuah bimbingan yang
dapat saya katagorikan sebagai sebuah bantuan bagi anak yang mengalami
kekhususan seperti Mas Arjani. Karena menurut penuturannya dipanti ia diajarkan
untuk berdisiplin mulai dari disiplin waktu maupun displin akan tugas. Selain
itu dipanti asuhan anak-anak yang mempunyai kelebihan atau bakat khusus diberikan
waktu dan tempat untuk mengembangkannya seperti olahraga, menari, menjahit,
dll. Program yang telah dilasksanakan oleh panti asuhan ini sangatlah membantu
para ABK untuk menemukan jadi diri dan kepribadian yang baik serta dapat
mengembangkan bakat dan talenta yang dimiliki yang berguna untuk karirnya
dimasa depan.
Efektifitas
Bantuan atau Bimbingan yang Diberikan Pada ABK
Bagi
penulis apa yang telah diberikan kepada Mas Arjani sudah masuk pada kriteria
baik. Dimana hal-hal yang dilakukan selama ini mendukung kemauan dan niat dari
si anak sendiri untuk belajar dan mengejar cita-citanya. Dan seefektif mana
bantuan tersebut dikembalikan lagi kepada proses palaksanaan atau pemberian
bimbingan tersebut karena apa yang kita bahas di atas masih kita simpulkan
berupa teori saja yang tentunya diharapkan dalam pelaksanaannya sesuai dengan
harapan kita bersama.
Bimbingan
yang Menurut Saya Perlu Ditambahkan
Menurut
pendapat saya apa upaya yang telah dilakukan selama ini baik dari pemerintah
maupun swasta untuk menangani anak ABK sudah banyak dilakukan. Namun saya
melihat yang menjadi masalah sebenarnya bukan karena dia mempunyai masalah atau
kekhususan namun karir apa yang cocok untuk mereka kelak. Dari beberapa sumber
yang saya baca saya mengetahui tentang Konseling eksistensial. Konseling
eksistensial ini berupa sebuah pendekatan khusus yang dilakukan seorang
konselor untuk memberikan kemampuan pada ABK memilih dan bertanggung jawab atas
pilihannya. Dimana sebenarnya itulah arti dari sebuah kehidupan dan yang harus
dilakukan oleh Mas Arjani selaku anak ABK adalah dituntun menentukan bakat dan
minatnya yang bertujuan untuk memperbesar peluangnya berkarir di masa depan.
Bimbingan
atau konseling ini dapat diberikan oleh seorang psikiater atau guru yang
menangani Mas Arjani. Semoga dengan sedikit bimbingan ini dapat membuka
pemikiran kita bahwa tujuan dari semua pendidikan ini adalah untuk membuat anak
ABK diterima dimasyarakat dan memiliki karir tersendiri dalam kehidupannya.
Foto
Kegiatan Selama Observasi dan Lampiran
Foto 01. Wawancara Dengan Guru
Kelas dan Mas Arjani
Sekilas Tentang Guru Kelas Mas Arjani :
a.
Nama :
Ni Wayan Susiani
b.
Alamat :
Jalan Pantai Indah Gg.III
c.
Tanggal Lahir : 16 Oktober 1969
d.
Diangkat Sebagai Guru tahun 1994
e.
Mengajar di SDLB-B Singaraja bulan Juli
1999
0 komentar:
Posting Komentar