Rabu, 02 Januari 2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Paradigma
pendidikan dari dulu hingga sekarang pada dasarnya tetaplah sama yaitu ingin
meningkatkan Sumber Daya Manusia di Negara ini, dimana dalam peningkatan sumber
daya manusia pasti akan banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor
tersebut dapat kita pilah menjadi tiga yaitu faktor pemerintah, faktor
masyarakat, dan faktor tenaga pendidik. Ketiga unsur ini merupakan facktor
pokok penunjang terciptanya sumber daya manusia yang baik dan berkualitas.
Berbicara
lebih jauh mengenai peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia pasti akan muncul
di benak kita suatu badan yang bertindak dalam memberikan ilmu ataupun segala
informasi yang menunjang berhasilnya peningkatan Sumber Daya Manusia ini. Dan
di Negara kita badan ini kita sebut sebagai Badan Pendidikan Nasional yang
secara hirarki dipertanggung jawabkan pada Kementrian Pendidikan Nasional.
Badan Pendidikan Nasional mengambil peranan penting menyampaikan ilmu serta
informasi pada peserta didik adalah tenaga pendidik. Dan di era global ini para
tenaga pendidik dituntut lebih kreatif dan inovatif lagi dalam menjalankan
proses pembelajaran agar tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tercapai
secara maksimal.
Salah
satu cara yang dipandang dapat meningkatkan kualitas tenaga pendidik yaitu
dengan memantapkan lagi berbagai hal yang berkaitan mengenai proses
pembelajaran. Dan pada intinya pembelajaran adalah segala kegiatan yang
terangkum untuk proses belajar siswa. Sebagai suatu kegiatan yang mewadahi
proses belajar pembelajaran haruslah mendapat perhatian yang lebih terutama
mengenai pelaksanaannya.
Dalam
pembelajaran kita perlu menggunakan berbagai macam teori serta kondisi belajar
yang bertujuan mengoptimalkan proses belajar. Salah satu kondisi belajar yang
ada adalah kondisi belajar Robert gagne. Menurut pandangannya tentang proses
belajar Gagne mengatakan bahwa belajar bukanlah merupakan proses tunggal
melainkan proses luas yang dibentuk oleh pertumbuhan dan perkembangan tingkah
laku, dimana tingkah laku tersebut merupakan proses belajar. Selain itu Gagne
juga menemukan lima ragam belajar yang terjadi pada manusia yaitu informasi
verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif.
Kelima ragam belajar ini diperoleh dengan cara yang berlainan dan masing-masing
memerlukan keterampilan yang berbeda pada setiap individu.
Dalam
perkembangannya kondisi belajar ini juga diwarnai dengan model model yang
berisikan berbagai macam peristiwa pembelajaran yang dapat kita gunakan untuk
menyempurnakan pembelajaran yang kita lakukan didalam kelas terutama di tingkat
sekolah dasar.
Dari
permasalahan diatas penulis memandang perlu penjelasan secara khusus mengenain
teori serta kondisi belajar Robert Gagne beserta prinsip-prinsip dan
penerapannya dalam pembelajaran. Oleh karena itu diharapakan makalah ini
nantinya dapat memberikan informasi yang berguna khususnya kepada para guru
untuk sekiranya menerapkan kondisi belajar ini dalam pembelajaran di sekolah.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah
yang diangkat pada makalah ini adalah :
1.
Apa sajakah prinsip belajar Robert
Gagne?
2.
Apa sajakah prinsip pembelajaran Robert
Gagne?
3.
Bagaimanakah aplikasi teori belajar
Robert Gagne dalam pembelajaran?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan
makalah ini :
1. Untuk
mengetahui prinsip belajar Robert Gagne.
2. Untuk
mengetahui prinsip pembelajaran Robert Gagne.
3. Untuk
mengetahui aplikasi teori belajar Robert Gagne dalam pembelajaran.
1.4 Manfaat
Dengan
adanya makalah ini pembaca dapat mengetahui lebih dalam lagi mengenai kondisi
belajar yang dekemukakan oleh Robert Gagne berdasarkan teori belajarnya serta
berbagai macam prinsip belajar dan pembelajaran beserta aplikasinya dalam pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Prinsip
Belajar Robert Gagne
Manusia melakukan
banyak kegiatan yang merupakan hasil dari belajar. Masalah dalam teori-teori
lama yang membahas belajar adalah mereka tidak menangkap perbedaan kompleksitas
aktivitas yang membedakan manusia dengan spesies lainnya. Gagne (1972,1977a)
berpendapat bahwa kunci untuk mengembangkan teori yang komprehensif adalah
memulai dengan analisis berbagai macam kinerja dan keterampilan yang dilakukan
oleh manusia.
A.
Asumsi
Dasar
Asumsi
dasar dari teori Gagne mendeskripsikan sifat unik dari kegiatan belajar manusia
dan definisinya tentang belajar.
1.
Keunikan Hakekat Belajar Manusia
Elemen
penting dalam analisis Gagne adalah kaitan belajar dengan perkembangan,
kompleksitas belajar pada manusia, dan masalah khusus dengan
pandangan-pandangan sebelumnya.
Kaitan
Belajar dengan Perkembangan.
Dalam model kesiapan
pertumbuhan (model Gesellian), pertumbuhan tubuh terkait erat dengan
pertumbuhan mental. Salah satu pendapat mengatakan bahwa kemunculan gigi
permanen pada anak mengindikasikan usia perkembangan yang tepat untuk memulai
pembelajaran membaca. Akan tetapi menyamakan belajar dengan pertumbuhan
tidaklah tepat, karena faktor utama yang mempengaruhi keduanya berbeda. Dimana
faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan adalah genetik, sedangkan faktor
utama yang mempengaruhi belajar adalah kegiatan-kegiatan di lingkungan individu
itu sendiri.
Kompleksitas
Belajar Manusia
Banyak hasil belajar
manusia digeneralisasikan untuk berbagai macam situasi. Keterampilan yang
kompleks didasarkan pada belajar sebelumnya. Sebagai contoh, siswa yang belajar
menulis paragraf deskriptif akan menggunakan pengetahuannya tentang penulisan
kalimat dan memilih kata.
Masalah
dalam Pandangan Sebelumnya
Ide-ide yang
dikemukakan oleh teoritisi awal terkait dengan situasi spesifik yang berasal
dari studi belajar laboratorium, namun mereka tidak dapat menjelaskan kapasitas
manusia untuk mempelajari keterampilan dan kemampuan yang kompleks.
Beberapa teori berbasis
laboratorium memang menjelaskan subkomponen belajar manusia, namun
subketerampilan ini bukan tujuan utama dari belajar. Contohnya, Model Pavlov
mengenai stimulus yang dikondisikan “menandakan” adanya emosi atau reaksi lain,
seperti perasaan nyaman yang ditimbulkan oleh mainan. Perspektif lain adalah
teori Stimulus-Respon (S-R) dari Thorndike dan Skinner. Contoh dari koneksi S-R
adalah bayi belajar memegang botol minuman, menjangkau dan memegang mainan, dan
menggucapkan sesuatu. Saat anak mendapatkan jumlah koneksi S-R semakin banyak,
mereka mulai membentuk rantai koneksi. Seperti mengancingkan baju sendiri,
mengucapkan ucapan yang runtut.
Psikolog Gestalt juga
menjelasknan sifat sesungguhnya dari belajar. Mereka berpendapat bahwa belajar
terjadi ketika subjek melihat hubungan baru dalam situasi masalah. Akan tetapi,
mereka tidak menilai belajar yang telah dilakukan sebelumnya oleh subjek, yang
dapat menjelaskan perilaku memecahkan masalah.
Pada 1960-an,
kecerendungan riset lain memperkenalkan perspektif baru dalam diskusi belajar.
Mereka adalah (a) riset komunikasi, yang memandang pemelajaran sebagai sistem
pemrosesan informasi yang kompleks, (b) munculnya komputer berkecapatan tinggi,
yang diikuti dengan sederet petunjuk pemrosesan, dan (c) deskripsi yang mengikuti
aturan mengenai bagaimana individu memproses bahasa. Perubahan utama dalam
pemikiran belajar yang diawali oleh perkembangan ini adalah bahwa individu
tidak sekedar beraksi terhadap stimuli, sebaliknya mereka memproses stimulasi
yang diterima dari lingkungan. Model ini tidak membahas hasil spesifik dari
belajar, namun konsep bertindak pada stimuli di lingkungan dalam berbagai cara
memberikan implikasi bagi pembelajaran.
2.
Definisi Belajar
Analisis Gagne
mengidentifikasi persyaratan untuk definisi belajar yang komprehensif dan
deskripsi belajar pada manusia.
Fokus yang memaksakan
semua belajar ke dalam satu deskripsi adalah salah satu kesalahan prinsip
belajar sebelumnya. Temuan ini mengindikasikan bahwa belajar adalah bukan
proses tunggal. Riset laboratorium yang dilakukan oleh psikolog kognitif di
awal 1980-an menyebabkan riset itu menjadi terpaku hanya pada saluran belajar
yang sempit. Deskripsi yang memadai dari belajar manusia harus berlaku untuk
berbagai macam aktivitas manusia di beragam latar dan situasi belajar itu
terjadi.
Belajar adalah
mekanisme yang membuat individu menjadi berfungsi sebagai anggota masyarakat
secara kompeten. Belajar juga melahirkan semua keterampilan, pengetahuan,
sikap, dan nilai-nilai yang didapat oleh manusia. Dalam pengertian umum belajar
merupakan perubahan disposisi kapabilitas (kemampuan) manusia yang bertahan
dalam jangka waktu yang lama dan bukan hasil dari pertumbuhan. Ketika
didefinisikan secara formal, belajar menghasilkan berbagai disposisi yang
dipertahankan yang tercermin dalam berbagai macam perilaku atau hasil kinerja
tertentu, yaitu perbandingan antara hasil kinerja sebelumnya dengan sesudah
pembelajaran. Menurut Gagne, kapabilitas (kemampuan) ini terdiri dari komponen
mental (disposisi yang dipertahankan) dan komponen perilaku (kinerja). Kedua
komponen kapabilitas ini didapatkan oleh manusia melalui stimulasi dari
lingkungan, dan pemrosesan kognitif yang mengubah stimulus dari lingkungan
menjadi kapabilitas baru.
B.
Komponen
Belajar
Pendekatan Gagne untuk
pemahaman belajar pada manusia berbeda dengan pendekatan sebelumnya, terutama
dalam hal keharusan langkah awal untuk menganalisis keragaman belajar manusia,
dan belajar dan pembelajaran merupakan satu kesatuan yang harus dikembangkan
secara beriringan. Kerangka belajar yang dikembangkan Gagne terdiri atas ragam
belajar, kondisi belajar internal dan kondisi belajar eksternal.
Lima
variasi belajar yang dikemukakan Gagne adalah informasi verbal, keterampilan
intelektual, keterampilan motorik, sikap, dan strategi kognitif. Kelima variasi
belajar ini merepresentasikan hasil belajar yang merupakan kapabilitas.
Informasi
Verbal
Informasi
verbal dimulai sejak masa kanak-kanak awal ketika bayi mulai belajar nama-nama
objek, hewan, dan peristiwa. Berlanjut disepanjang hayat saat mereka belajar
tentang dunia sekitar. Karakteristik esensial dari informasi verbal yaitu dapat
ditulis atau dikatakan (diverbalkan), dan beberapa kata dari informasi verbal
memiliki makna bagi individual.
Kapabilitas
yang ditunjukkan antara lain label dan fakta, prosa atau puisi yang terkait
secara bermakna, dan isi informasi yang tertata. Informasi verbal juga
merupakan pengetahuan deklaratif, yang menyiratkan kemampuan untuk mengumumkan
atau menyatakan sesuatu.
Informasi
verbal mengacu pada memilih teks yang terkoneksi secara bermakna, dan
mengorganisasikan bagian-bagian informasi. Hasil dari informasi verbal adalah
menyatakan informasi.
Keterampilan
Intelektual
Yang
termasuk dalam keterampilan intelektual adalah membedakan, mengombinasikan,
menabulasikan, mengklasifikasikan, mengaalisis, dan mengkuantifikasikan objek,
kejadian, dan simbol-simbol lain. Contohnya, menerjemahkan ton menjadi
kilogram. Yang juga termasuk dalam keterampilan intelektual adalah aplikasi
kaidah yang mengatur aktivitas bicara, menulis dan membaca, dan dalam
matematika biasanya menggunakan aturan perhitungan dan memecahkan masalah soal
cerita. Keterampilan intelektual sering dijumpai dalam beberapa jenis pekerjaan
mulai dari perawat hingga programer komputer. Ketermapilan ini merupakan
kapabilitas yang membuat manusia berfungsi secara kompeten dalam masyarakat.
Informasi
verbal dan keterampilan intelektual merupakan dua kategori yang saling
ketergantungan, namun keduanya memiliki pembeda. Keterampilan intelektual tidak
dapat di pelajari hanya dengan mendengar atau mencari informasi. Sebaliknya
seseorang merespons situasi dengan memanipulasi simbol dengan berbagai macam
cara. Karakteristik unik lainnya adalah, keterampilan intelektual terdiri dari
empat keterampilan lain yaitu:
· Belajar
diskriminasi, merupakan merespon secara berbeda pada karakteristik yang
membedakan objek.
Contohnya, membedakan gambar
segitiga tertutup dengan geometris lainnya.
· Belajar
konsep konkret dan definisi, merupakan mengidentifikasi objek atau kegiatan sebagai
anggota dari satu kelompok konsep, belajar melalui pertemuan langsung dengan
contoh konkret.
Contohnya, mengidentifikasi
berbagai bentuk segitiga dari segitiga yang tinggi sampai yang lebar.
· Belajar
kaidah atau aturan, merupakan merespon satu kelompok situasi dengan kelompok
kinerja yang berkaitan.
Contohnya, menjawab 5 x (2 + 3)
dengan menjumlahkan (5 x 2) + (5 x 3)
· Belajar
pemecahan masalah, merupakan memecahkan masalah dengan mengaplikasikan
pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya.
Contohnya, untuk mencari FPB dari
15 dan 30 harus mengetahui dan mengaplikasikan pemfaktoran atau faktorisasi
prima dari 15 dan 30.
Strategi
Kognitif
Keterampilan
Intelektual membentuk struktur dasar untuk belajar. Setelah siswa berhasil
dalam belajar informasi verbal dan keterampilan intelektual, siswa akan mulai
mengembangkan cara untuk mengatur sendiri proses mental mereka yang
diasosiasikan dengan belajar. Secara spesifik, strategi kognitif merupakan
belajar bagaimana cara belajar, cara mengingat, dan cara menjalankan pemikiran
reflektif dan analitis yang dapat melahirkan lebih banyak kegiatan belajar
lagi.
Berbeda
dengan informasi verbal dan keterampilan intelektual, yang beroperasi dengan
konten tertentu, objek strategi kognitif adalah proses pemikiran individu yang
belajar itu sendiri. Strtaegi kognitif yang membantu siswa dalam mengelola
belajar dan pengingatan antara lain mencitrakan suatu kata yang hendak
dipelajari, menggarisbawahi kalimat penting, mengecek pemahaman dengan
mengerjakan soal latihan.
Strategi
kognitif juga membantu individu untuk mengelola pemikiran mereka dengan
membantu mereka menentukan kapan dan bagaimana menggunakan informasi verbal dan
keterampilan intelektual. Arti penting dari startegi kognif diilustrasikan
dalam riset tenntang siswa yang lemah pada salah satu mata pelajaran. Siswa ini
secara khusus membutuhkan latihan strategi yang intensif. Siswa dengan prestasi
rendah cenderung menggunakan memorisasi tanpa pendalaman dan strategi yang
tidak efisien lainnya. Mereka gagal mengorganisasikan belajar mereka dan
cenderung melewati materi yang tidak dimengerti.
Keterampilan
Motorik
Pada
tingkatan tertentu semua kinerja adalah motorik atau gerakan karena membutuhkan
beberapa jenis tindakan. Siswa munggik menggunakan tangan dan jarinya untuk
menggunakan pensil sehingga dia dapat menulis jawaban soal 5 x 8. Akan tetapi
tindakan ini adalah demonstaris keterampilan intelektual, bukan keterampilan
motorik. Karena keterampilan motorik tidak dapat ditentukan dengan sekedar
mengamati beberapa kinerja gerak yang nyata. Dalam kasus soal perkalian, siswa
sudah tahu cara menulis angka, focus tugasnya adalah menunjukkan keterampilan
intelektual. Tentu saja sebelumnya anak harus belajar keterampilan motorik yang
memungkinkan untuk menulis jawaban. Meskipun demikian, keterampilan motorik
yang baru dipelajari bergantung pada pengenalan bahwa suatu kinerja motorik
tidak ada sebelum belajar. Contohnya melempar bola, membuat simpul tali,
melakukan serve dalam permainan tenis.
Karakteristik
dari keterampilan motorik adalah persyaratan untu mengembangkan kelancaran
tindakan, ketepatan, dan pengaturan waktu, dan hanya dapat diperoleh melalui
pengulangan gerakan yang tepat. Sehingga menuntut latihan gerakan secara
berkelanjutan.
Dalam
belajar keterampilan motorik ada tiga fase yaitu belajar tahap-tahap gerakan
dalam keterampilan dan pelaksanaan rutin, menyesuaikan bagian-bagian dari
keterampilan secara keseluruhan melalui latihan, dan memperbaiki pengaturan
waktu dan kelancaran kinerja melalui latihan terus menerus. Fase ini secara
otomatis akan menimbulkan keterampilan, sehingga ia dapat menentukan tindakan
yang mungkin dapat mengganggu. Ketika belajar keterampilan telah selesai,
seseorang mampu untuk merespon isyarat kinestetik yang menandai perbedaan
antara tindakan yang tepat dilakukan dan yang bebas dari kesalahan.
Sikap
Sikap
adalah keadaan yang memengaruhi atau mengatur perilaku namun tidak secara
langsung menentukan tindakan. Sikap hanya menyebabkan kemungkinan dilakukannya
suatu tindakan.
Memberitahu
siswa tentang apa yang akan mereka pelajari dapat merupakan aspek efektif dalam
pembelajaran tertentu. Namun upaya untuk membangun sikap dengan ajakan logis
atau emosional yang persuasif tidaklah efektif. Contohnya, membaca pesan
tertulis seperti “Jauhi Narkoba!” tidak akan memengaruhi sikap pemelajar.
Sikap
pada umumnya dideskripsikan terdiri dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif,
dan behavioral. Kognitif yaitu yang mengekspresikan kaitan seperti
“bertambahnya jumlah penduduk meningkatkan jumlah penangguran di Indonesia”.
Aspek kedua yaitu afektif adalah perasaan yang mengiringi keyakinan kognitif.
Aspek behavioral berkaitan dengan kesiapan untuk bertindak.
Berbagai
institusi masyarakat, seperti sekolah tertarik untuk engembangkan sikap siswa.
Sekolah biasanya menekankan sikap seperti menghormati orang lain, mematuhi
aturan, dan bertanggung jawab atas tindakannya. Namun medium yang paling
memengaruhi sikap adalah televisi. Acara televisi yang beraneka ragam
menghasilkan dan memperkuat sikap terhadap beberapa aspek kehidupan sehar-hari.
Untuk
dapat memperoleh dan menguasai kelima kategori kapabilitas tersebut dengan
sebaik-baiknya ada sejumlah kondisi yang perlu diperhatikan oleh para pendidik.
Ada kondisi belajar internal, yang timbul dari memori peserta didik sebagai
hasil dari belajar sebelumnya, dan ada sejumlah kondisi eksternal ditinjau dari
peserta didik. Kondisi eksternal ini bila diatur dan dikelola dengan baik
merupakan usaha untuk membelajarkan. Misalnya pemanfaatan berbagai media dan
sumber belajar.
C.
Hakikat
Belajar yang Kompleks
Analisis
belajar Gagne mencakup dua organisasi kapabilitas yang merepresentasikan hasil
belajar yang kompleks, yaitu prosedur dan hierarki belajar.
1.
Prosedur
Sebuah
prosedur adalah seperangkat tindakan yang harus dilakukan sesuai urutan atau
secara langkah demi lanngkah, dan organisasi keterampilan yang mencakup
keterampilan motorik/gerak dan keterampilan intelektual. Mempelajari prosedur
melibatkan belajar melakukan keterampilan motorik deskret dan mempelajari
aturan dan konsep yang penting.
2.
Hierarki Belajar
Hierarki
belajar merupakan urutan-urutan kemampuan yang harus dikuasai oleh peserta
didik agar dapat mempelajari hal-hal yang paling sulit atau lebih kompleks.
Misalnya, satu standar kompetensi diajarkan mendahului standar kompetensi
lainnya. Pada dasarnya, pengetahuan yang lebih sederhana harus dikuasai
terlebih dahulu dengan baik agar ia dapat dengan mudah mempelajari pengetahuan
yang lebih kompleks. Penentuan tersebut didasarkan pada pengetahuan apa yang
lebih dahulu harus dikuasai siswa agar ia berhasil.
2.2. Prinsip
Pembelajaran Robert Gagne
Robert Gagne memberi kerangka pada analisis kondisi belajar
yang memengaruhi belajar manusia dari perspektif pengidentifikasian
faktor-faktor yang dapat memberi perbedaan dalam pembelajaran. Akibatnya,
peralihan dari prinsip belajar secara teoretis ke dalam prinsip pembelajaran
tidak membutuhkan penerjemahan. Menurut asumsi Gagne, pembelajaran di kelas
mencakup sifat dari pembelajaran dan proses yang disebut sebagai desain
pembelajaran. Desain pembelajaran yang dimaksud adalah untuk menangani semua
kejadian yang mungkin mempengaruhi belajar individual. Prinsip Gagne untuk
desain dan pengembangan pembelajaran adalah bagian dari upaya yang lebih besar
yang dikenal sebagai desain sistem. Lima asumsi yang mendukung rekomendasi
Gagne untuk desain pembelajaran yakni sebagai berikut
Asumsi
|
Alasan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Dalam buku Condition of Learning,
Gagne (1997) mengemukakan sembilan prinsip yang dapat dilakukan guru dalam
melaksanakan pembelajaran, sebagai berikut:
1. Menarik
perhatian (gaining attention) : hal yang menimbulkan minat siswa dengan
mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi, atau kompleks.
2.
Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the objectives) :
memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai siswa setelah selesai mengikuti
pelajaran.
3.
Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall or
prior learning) : merangsang ingatan tentang pengetahuan yang telah
dipelajari yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi yang baru.
4.
Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus) : menyampaikan materi-materi
pembelajaran yang telah direncanakan.
5.
Memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance) : memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang membimbing proses/alur berpikir siswa agar memiliki
pemahaman yang lebih baik.
6.
Memperoleh kinerja/penampilan siswa (eliciting performance) ; siswa
diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari atau penguasaannya terhadap
materi.
7.
Memberikan balikan (providing feedback) : memberitahu seberapa jauh
ketepatan performance siswa.
8. Menilai
hasil belajar (assessing performance) :memberiytahukan tes/tugas untuk
mengetahui seberapa jauh siswa menguasai tujuan pembelajaran.
9.
Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and transfer):
merangsang kamampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan memberikan
rangkuman, mengadakan review atau mempraktekkan apa yang telah dipelajari.
2.3. Aplikasi
Kondisi Belajar Robert Gagne dalam Pembelajaran
Aplikasi penerapan
teori belajar Gagne erat kaitannya dengan fase fase belajar dan Sembilan
peristiwa pembelajaran yang ditemukan oleh Gagne. Gagne menemukan teori
teorinya bukan melalui suatu proses penemuan atau penerimaan seperti yang
silakukan oleh ahli ahli lainyanya namun, menurutnya yang terpenting dalam
proses pembelajaran adalah kualitas, penetapan (daya guna), dan kegunaan
belajar.
Hubungan antara
fase-fase belajar dan Sembilan peristiwa pembelajaran dapat kita cermati
melalui diagram di bawah ini :
Proses Belajar
|
Peristiwa Pembelajaran
|
Perhatian
|
Member
perhatian
|
Pengharapan
|
Menjelaskan
tujuan belajar pada siswa
|
Membangkitkan
Ingatan
|
Merangsang
ingatan
|
Persepsi
Seleksi
|
Menyajikan
materi perangsang
|
Penyimpanan
dalam Memory Jangka Panjang
|
Memberikan
bimbingan belajar
|
Respon
|
Keterampilan
kemampuan
|
Reinforcement
|
Member
umpan balik
Menilai
kemampuan
|
Retrival
|
Meningkatkan
retensi dan transfer
|
Dari
diagram diatas kita sudah bisa melihat secara jelas hubungan antara fase-fase
belajar dan Sembilan peristiwa pembelajaran yang dikemukakan oleh Gagne.
Sembilan peristiwa pembelajaran ini merupakan contoh aktifitas – aktifitas
belajar yang menurut Gagne perlu diterapkan dan dapat di jadikan menjadi model
pembelajaran yang semata bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Isu Kelas
Pendekatan
Gagne untuk analisis belajar semuanya berasal dari perspektif kebutuhan
pembelajaran. Akibatnya karyanya membahas beberapa isu penting dalam kelas.
Karakteristik Pemelajar
Perbedaan
individual, kesiapan, dan motivasi adalah factor-faktor penting dan berperan
dalam merancng pembelajaran unutk guru kelas. Isu isu ini ada hubungan dan
kaitannya dengan rancangan pembelajaran dan penyampaian pembelajaran.
·
Perbedaan Individual
Efektifitas pembelajaran di pengaruhi oleh beberapa macam
perbedaan individual antar siswa. Metode mengompensasi perbedaan individual di
dalam pemberian pembelajaran antara lain adalah pembelajaran kelompok kecil,
tutorial, belajar independent, dan sistem pembelajaran yang
diindividualisasikan. Keunggulan dari sistem yang diindividualisasikan adalah
karena sistem tersebut merupakan cara pembelajaran dengan menyesuaikan
pembelajaran kepada siswa secara individual mungkin didalam kelompok kelas yang
terdiri dari 25 orang atau lebih.
·
Motivasi
Motivasi sangatlah diperlikan dalam proses belajar anak dimana
motivasi dapat berperan penting dalam meningkatkan hasis belajar anak tersebut.
Motivasi mempunyai hubungan yang sama pentingnya dengan penguatan. Ini dapat
kita katakan bahwa penguatan merupakan sumber motivasi utama siswa. namun
ingatlah teori belajar skinner yang mengharuskan kita membrikan penguatan yang
positif terhadap siswa atau peserta didik kita. Sehingga dengan adanya
penguatan positif siswa dapat tergerak untuk bisa belajar dengan baik terlebih
dapat mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dalam tutugas pembelajarannya.
Proses kognitif dan
pembelajaran
Gagne membuat suatu analisis dimana ia mencari factor
factor yang membuat perbedaan dalam pembelajaran. Gagne menemukan bahwa
transfer belajar, kemampuan swamanajemen siswa, dan pengajaran pemecahan
masalah adalah bagian-bagian yang berperan di dalam pembelajaran.
·
Transfer Belajar
Konsep transfer belajar adalah inti dari model belajar komulatif
Gagne. Model pembelajaran komulatif ini memberikan kontribusi pada upaya
mempelajari keterampilan urutan yang lebih tinggi dimana dapat kita ambil
contoh mengajarkan pengurangan dan penjumlahan kemudian meningkat pada
pembelajaran perkalian dan pembagian. Dalam penelitiannya Gagne menemukan bahwa
dengan meningkatkan kemampuan cara belajar siswa yang membangkitkan potensi
mereka adalah masalah paling menantang dalam dunia pendidikan.
·
Pengajaran Pemecahan Masalah
Dalam memecahkan suatu masalah pasti yang harus dicari adalah
penciptaan solusi dari masalah tersebut. Yang di butuhkan oleh siswa adalah
ingatan yang baik dan aplikasi dari masing-masing hal yang telah di pelajari
sebelumnya. Dalam pembelajaran yang dibutuhkan oleh siswa adalah a) siswa telah
menguasai aturan yang di perlukan b) situasi masalah yang belum pernah ditemui
pemelajar disajikan pada mereka c) pedoman informasi yang diberikan pada siswa.
pemecahan masalah tercakup di keterampilan intelektual dimana siswa mensiptakan
solusi dari hal hal yang telah dipelajari sebelumnya.
Implikasi Untuk Asesmen
Kapasitas orang untuk belajar memungkinkan diperolehnya
berbagai pola tingkah laku yang hampir mirip. Berdasarkan pandangan tentang
belajar ini gagne mengemukakan lima ragam belajar yang terjadi pada manusia
yaitu informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan
siasat kognitif. Bermacam macam ragam belajar ini membutuhkan kebutuhan yang
berbeda-beda.
Informasi verbal membutuhkan
pertanyaan dan dapat dinilia dengan soal jawaban pendek untuk definisi atau
menulis paragraph pendek mengenai informasi yang diringkas. Keterampilan
intelektual membutuhkan gambar sebagai penerang dari pertanyaan yang diberikan.
Keterampilan motorik membutuhkan observasi kepada siswa entah itu melalui
penilaian langsung ataupun dengan menggunakan rekaman video begitu juga
mengenai sikap dan siasat kognitif pasti memerlukuan kebutuhan yang berbeda di
setiap pelaksanaan ragam belajarnya.
Kaitan
dengan Perspektif Lain
Kondisi belajar Gagne merupakan
jembatan antara fokus pengkondisian berpenguat prilaku dan pendekatan kognitif
untuk belajar. Sebagai pengkondisian berpenguat urutan pembelajaran dalam
kondisi belajar dipandu dan dikelola oleh guru dan bergerak kearah hasil yang
ditentukan oleh siswa itu sendiri.
Mengembangkan Strategi Kelas
Menurut
kurikulum yang berlaku perancangan pembelajaran di kelas adalah salah satu komponen dari proses keseluruhan
yang mencakup baik itu kuikulum ataupun pembelajaran. Oleh sebab itu proses
pembelajaran sebaiknya dimulai terlebih dahulu dengan perancangan kurikulum dan
peringkat mata pelajaran.
Model
Perancangan Sistem
Cici ciri model sistem untuk
merancang pembelajaran ada tiga yang pertama, pembelajaran dirancang untuk
tujuan dan sasaran yang jelas. Kedua, pengembangan pembelajaran menggunakan
media dan teknologi pengembangan lain. Ketiga, uji coba, revisi, dan pengujian
lapangan merupakan suatu susuanan yang harus dilewati dalam merancang sistem
pembelajaran.
Model
sistem yang dirancang oleh Gagne dan Brings (1979) mencakup semua tahap pada
rancangan kurikulum dan pembelajaran. Model ini juga melibatkan pengembangan
sasaran akhir pelajaran, tujuan kinerja khusus, kegiatan pembelajaran,
pemilihan media, dan pengujian lapangan atas produk finalnya.
Salah
satu ciri penting dari model ini adalah ia menempatkan pengembangan pelajaran
didalam konteks rancangan kurikulum keseluruhan. Kaitan antara belajar pada
tingkat pembelajaran dan pelajaran diilustrasikan dengan tujuan berikut ini :
1. Tujuan
Pelajaran : Siswa dapat menganalisis secara kritis tujuan dan situasi dalam
sistem pengadilan, pemerintah, ekonomi dan politik suatu Negara, yang sesuai
dengan fakta Negara tersebut.
2. Tujuan
unit : Siswa dapat menunjukkan hubungan antara sistem politik dengan ekonomi.
3. Subketerampilan
Spesifik : Siswa dapat membedakan dan mengelompokkna sisten politik dan
ekonomi.
Istilah
evaluasi formatif mengacu pada uji coba materi dengan sekelompok siswa kecil.
Tujuannya adalah untuk mengetahui bagian mana dalam pembelajaran yang tidak
efektif dan perlu direvisi. Setelah revisi dilakukan pengujian akan dilakukan
pada kelompok yang lebih besar. Evaluasi ini memastikan tujuan yang akan
dicapai oleh pembelajaran dan mengidentifikasi populasi mana yang efektif untuk
materi itu.
Merancang Pelajaran
Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukn untuk
merancang pelajaran dalam suatu sistem :
Langkah 1 : Menulis atau
memilih tujuan
1.1 Menentukan gabungan keterampilan yang akan di pelajari di akhir
pelajaran
1.2 Menentukan keterampilan keterampilan yang terkait dengan
keteramplan pada tujuan akhir pelajaran
1.3 Menentukan keterampilan pendukung yang digunakan sebagai alat
untuk menguasai keterampilan utama
1.4 Memiih kata kerja yang tepat untuk keterampilan yang akan
diajarkan dan menulisnya dalam bentuk tujuan kegiatan atau tujuan pembelajaran
Langkah 2 : Memilih kegiatan
pembelajaran untuk masing-masing tujuan kerja
2.1 Mengidentifikasi variasi
belajar untuk masing-masing tujuan
2.1 Mengidentifikasi keterampilan awal
dan karakteristik tertentu dari kelompok yang diajarkan
2.3 Memilih kegiatan belajar untuk
memenuhi kondisi belajar yang unik
Langkah 3 : Memilih media untuk kegiatan
pembelajaran
3.1 Mengidentifikasi beberapa media yang memenuhi syarat pembelajaran
3.2 Mengeliminasi media yang tidak sesuai dengan usia atau level dari
siswa
3.3 Memutuskan media akhir yang digunakan berdasarkan biaya, besar
kelompok, dan kemudahan implementasi
Langkah 4 : Mengevaluasi
kemampuan siswa
3.1 Menulis empat samapai depalan soal per tujuan
3.2 Mengumpulkan soal tersebut dalam satu tes diperiksa panjang dan
kesulitannya
Contoh Kelas
Pelajaran dalam tabel II adalah contoh pembelajaran yang dirancang
untuk memahami gagagsan utama. Pelajaran didasarkan pada konsep yang telah di
pelajari sebelumnya. Pembelajaran ini mengilustrasikan penggunaan Sembilan
kegiatan pembelajaran dalam aktivitas kelas spesifik.
Langkah 4 menghadirkan ciri stimulus yang berbeda,
informasi ini diaplikasikan pertama oleh guru kemudian oleh siswa dalam rangka
mengidentifikasi contoh contoh konsep yanga ada.
Penggunaan permainan dalam langkah 5 memberi kesempatan pada
anak unutk mencoba keterampilan baru mereka sebelum dilakukan pembelajaran
lebih lanjut ataupun tes. Jadi dapat dikatakan bahwa permainan pada langkah 5
digunakan sebagai umpan balik untuk menguji kemampuan siswa.
Ketiatan pembelajaran pada langkah 5,6, dan 7 di ulang
agar anak merasakan pengalaman yang nantinya akan dikuatkan kembali agar siswa
mendapatkan petunjuk tambahan untuk mengingat di waktu mendatang.
Ulasan Teori
Gestalt mengembangkan penjelasan tentang proses belajar didalam
laboratorium. Sebaliknya Gagne menemukan terlebih dahulu ciri-ciri atau ragam
belajar manusia dan kemudian menyusus suatu sistem yang sesuai dengan ragam
belajar tersebut.
Analisis Gagne menemukan lima ragam belajar yang berbeda
satu dengan yang lain. Kelima ragam itu adalah informasi verbal, keterampilan
intelektual, keterampilan motorik, sikap, dan strategi kognitif. Selain itu
keterampilan intelektual menyangkut empat keterampilan yang merupakan suatu
proses nbeljara yang membentuk hirarki dari jenjang yang sedang ke jenjang yang
lebih tinggi.
Tabel II
Contoh Kelas
Keterampilan yang
dipelajari : siswa dapat mengidentifikasi pernyataan yang merupakan gagasan
pokok dalam bahan bacaan pendek
(untuk siswa kelas
empat dan lima)
Kegitan Pembelajaran
|
Medium Pembelajaran
|
Aktivitas di Kelas
|
1.
Menarik Perhatian
|
Komunikasi oleh guru
|
Guru meminta siswa menyebutkan acara TV atau cerita yang mereka
gemari.
|
2.
Memberikan informasi
tujuan pembelajaran kepada siswa
|
Komunikasi oleh guru
|
Guru bertanya pada siswa apakah mereka tau cara menceritakan
cerita tersebut kepada orang lain. Guru menjelaskan bahwa mereka akan
menemukan gagasan pokok cerita sehingga mereka dapat menceritakan cerita
tersebut kepada orang lain.
|
3.
Menstimulasi ingatan
atas hal-hal yang telah dipelajari
|
Komunikasi oleh guru
|
Siswa diminta untuk mengingat tentang isi cerita.
|
4.
Menyajikan stimulus
secara jelas
|
Transparansi dan komunikasi oleh guru
|
Guru menjelaskan gagasan utama suatu cerita dengan mengambil
sebuah contoh cerita. Dan menjalaskan mengapa hal tersebut merupakan gagasan
utama.
|
5.
Memberi bimbingan
belajar
|
Diskusi kelompok
Permainan akademik
|
Guru menyajikan pertanyaan pada siswa untuk berdiskusi.
Sesuaikan dengan media bila ada gunakan media dengan permainan
kuis misalnya dengan dibacakan sebuah cerita singkat dan siswa dituntut untuk
mencari ide pokok dari cerita tersebut.
|
6.
Memunculkan kinerja
|
Bahan Cetak
|
Anak diberikan pilihan yang mengandung gagasan pokok untuk
dipilih.
Contoh : Film timun mas
Pilihan gagasan pokok :
a. Timun mas membuat raksasa mati
b. Timun mas selalu hidup bahagia.
c. Timun mas dengan kegigihannya dapat mengalahkan raksasa jahat
yang ingin memakannya.
|
7.
Memberi tanggapan
atau umpan balik
|
Diskusi kelompok dan komunikasi guru
|
Kelas membahas jawaban
|
8.
Peforma / Respon
|
Materi cetak
|
Anak anak diberi beberapa bacaan pendek yang mengandung gagasan
pokok dan mereka merumuskan kalimat yang menyatakan keseluruhan cerita.
|
9.
Memberikan penguatan
|
|
Anak diberikan penguatan saat mereka berani untuk mngutarakan
apa yang mereka pikirkan dan juga pada saat mereka dapat menjawab pertanyaan
maupun masalah yang mereka temui dalam pembelajaran.
|
BAB
III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Prinsip
belajar Gagne berbeda dengan prinsip-prinsip dari teoritisi sebelumnya yang menemukan
prinsip belajar melalui studi belajar laboratorium. Gagne lebih memusatkan
perhatiannya pada kompleksitas belajar manusia yang memiliki keunikan yang
membedakannya dengan spesies yang lain. Belajar menurut Gagne adalah
seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap individu sebagai hasil
dari transformasi rangsangan yang berasal dari peristiwa eksternal di
lingkungan individu yang bersangkutan. Bertolak dari define belajar tersebut,
Gagne mengungkapkan bahwa dalam belajar terdapat komponen kondisi belajar
internal dan eksternal yang mengalami interaksi akan menghasilkan suatu
kapabilitas (kemampuan) sebagai hasil belajar. Ada lima kriteria hasil belajar
yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,
keterampilan motorik, dan sikap.
Menurut asumsi Gagne, pembelajaran
di kelas mencakup sifat dari pembelajaran dan proses yang disebut sebagai
desain pembelajaran. Desain pembelajaran yang dimaksud adalah untuk menangani
semua kejadian yang mungkin mempengaruhi belajar individual. Dalam buku
Condition of Learning, Gagne (1997) mengemukakan sembilan prinsip yang dapat
dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran, yaitu: Menarik perhatian (gaining
attention), menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the
objectives), mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari (stimulating
recall or prior learning), menyampaikan materi pelajaran (presenting the
stimulus), memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance)
: memberikan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing proses/alur berpikir siswa
agar memiliki pemahaman yang lebih baik, memperoleh kinerja/penampilan siswa (eliciting
performance), memberikan balikan (providing feedback), menilai hasil
belajar (assessing performance) dan Memperkuat retensi dan transfer belajar.
Aplikasi pembelajaran Gagne bertitik
tumpu pada variasi tau ragam belajar yang ditemukannya. Dalam aplikasi
pmbelajarannya Gagne menguraikan beberapa hal, (a) isu kelas, dimana isu kelas
ini merukapan sebuah persiapan bagi
siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang terdiri dari kesiapan mental
dan juga pemberian motivasi dalam belajar; (b) mengembangkan strategi kelas,
pengembangan strategi kelas ini mengulas tentang model perancangan system dan
langkah-langkah dalam merangcang pembelajaran yang tentunya merupakan suatu hal
yang harus dikuasai oleh seorang pendidik; (c) contoh kelas, contoh kelas
merupakan segala kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa terbagi dalam
Sembilan peristiwa pembelajaran yang ditemukan oleh Gagne; (d) ulasan teori,
Pavlof, Skinner, dan Gestalt mengembangkan teorinya dalam laboratorium, namun
Gagne menemukan ragam belajar manusia yang kemudian di aplikasikannya dalam
teori pembelajaran
3.2. Saran
Dengan adanya makalah
ini diharapkan para pembaca dapat mengetahui tentang kondisi belajar Robert
Gagne yang diulas secara luas melalui teori, prinsip, dan aplikasinya. Dalam
menulis makalah ini, penulis mengharapkan adanya suatu saran dan kritik agar
nantinya makalah ini dapat direvisi dan disempurnakan lagi. Semoga makalah ini
dapat menjadi sebuah refrensi untuk memecahkan masalah-masalah yang ada yang
khususnya berkaitan dengan kondisi belajar Robert Gagne.
Langganan:
Postingan (Atom)